liesha92

BANA

[FANFICTION] Last Christmas

Title: Last Christmas

Author: Lisa Lunardi

Genre: Family, Sad

Rating: General

Length: Oneshoot

Cast: Lee Taemin, You as Hyemi (Taemin’s noona), Kim Kibum SHINee, Kim Jonghyun, Choi Minho

*nb: mian FF nya gaje (?) FF SKS (Sistem Kebut Semalem) LOL~ Happy Reading ^^

23 Desember 2011

Aku menelusuri jalan setapak yang sudah tertimbun salju. Kulangkahkan kakiku yang sudah hampir beku dan mati rasa ini. Seluruh pepohonan di kiri kanan sudah berubah warna menjadi putih. Aku melihat ada sebuah kursi panjang tak jauh dari tempatku sekarang. Ingin rasanya aku duduk di kursi itu tapi tidak bisa. Tidak bisa sekarang. Ada seseorang yang lebih membutuhkan benda yang sedang kubawa ini. Kupandangi  sejenak kantong plastik yang sedari tadi ku pengangi. Entah kekuatan dan dorongan apa yang kudapat, tiba-tiba kakiku terasa sangat ringan. Ringan sekali. Dengan sisa tenaga yang kupunya, aku berlari dan berlari terus. Entah sudah berapa kilometer aku melangkah di tengah lebatnya salju es yang turun dan menyulitkan langkahku. Akhirnya aku tiba di tempat tujuanku. Kubuka pintu pelan-pelan dan kulepaskan sepatuku di luar rumah. Kulihat ibuku sedang berada di dapur memasak bubur.

“Eomma, bagaimana keadaan Taemin?” tanyaku perlahan. Ibuku menoleh sambil tersenyum tipis.

“Dia ada di kamar. Sedang istirahat. Kau sudah beli obatnya?”

“Sudah” Aku menunjukkan kantong plastik yang sedari tadi kubawa.

“Kau antarkan bubur ini ke kamar Taemin dan berikan obat itu padanya”

“Ne….”

Pelan-pelan kutelusuri anak tangga yang terbuat dari kayu ini sambil membawa nampan berisi mangkuk bubur, segelas air putih dan obat-obatan. Kubuka pintu kamar adikku perlahan dan kulihat adikku sedang tertidur pulas dengan pakaian berlapis-lapis dan selimut tebal. Aku sungguh tak tega membangunkannya tapi ia harus meminum obat ini.

“Taemin” panggilku setengah berbisik takut ia kaget. Aku memegang bahunya pelan-pelan. Aku merasa kasihan padanya. Kulihat Taemin mulai membuka matanya perlahan. Ia terlihat menggemaskan ketika bangun tidur.

“Noona?” panggilnya dengan suara sedikit serak.

“Iya ini noona bawakan bubur. Kau makan dulu ya supaya bisa minum obatnya”

“Ne…” Aku membantu Taemin untuk bangun karena kondisinya masih terlalu lemah.

“Noona suapin ya?” Taemin hanya mengangguk. Pelan-pelan kusuapi Taemin sedikit demi sedikit karena buburnya masih sedikit panas tapi akhirnya semangkuk bubur telah dihabiskan oleh Taemin.

“Nah, sudah selesai makannya. Anak pintar” Aku mengelus-elus rambut Taemin yang berwarna coklat kemerahan.

“Noona, apakah sampai saat ini belom ditemukan pendonor ginjal untukku? Aku sudah tidak tahan lagi. Hampir setiap hari aku merasakan sakit yang sungguh menyiksaku. Apakah selamanya aku akan menjadi mahkluk lemah dan tidak berguna, tidak bisa menikmati salju” Taemin menatapku dalam. Aku bingung harus menjawab apa. Akhirnya aku hanya bisa tersenyum hangat. Ku tepuk pundaknya pelan.

“Aniyo, kau pasti bisa sembuh. Aku akan berusaha. Aku akan berusaha mencarikan donor ginjal untukmu. Kau harus mempercayai noona. Hmm.. Taem, bagaimana kalau noona coba test kecocokan ginjal noona untukmu. Kali saja cocok dan noona bisa menjadi pendonor untukmu”

“ANDWAE!!!” Bentak Taemin dan membuatku kaget setengah mati. “Aku mau menerima ginjal asal bukan ginjal milik noona. Aku sudah banyak merepotkan noona. Aku tak ingin noona berkorban lebih dari ini. Jangan sampai noona berbuat nekat seperti itu!”

 “Mianhae. Kalau begitu noona pasti akan mencarikan donor ginjal untukmu. Percaya pada noona ya. Kau harus kuat dan bersabar. Sudah, minum obatnya lalu kau istirahat lagi” Taemin hanya mengangguk. Kusodorkan obat dan ia pun meminumnya. Setelah itu, kubantu lagi Taemin merebahkan dirinya di kasur.

“Selamat malam, noona” ucap Taemin pelan dengan mata yang sudah terpejam.

“Selamat malam” Ku tarik selimut agar menutupi seluruh tubuh Taemin supaya ia merasa hangat lalu kukecup keningnya sebelum aku beranjak meninggalkan kamarnya.

Aku kembali menelusuri tangga menuju ke ruang tamu. Kulihat sesosok pria yang tak asing lagi. Tentu saja sebab ia adalah suamiku yang paling kucintai. Aku memang baru saja menikah dengan pria ini namun entah mengapa aku yakin bahwa ia benar-benar pria yang bisa mengisi kekosongan hatiku.

“Kibum, kau sudah pulang?” Tanyaku lembut sambil menaruh nampan di meja.

“Ne… Maaf ya aku pulangnya larut. Pekerjaanku menumpuk di kantor jadi aku terpaksa harus lembur”

“Tak apa.. Kau mau minum apa? Teh atau kopi?”

“Teh hangat saja. Di luar sangat dingin. Aku hampir lagi mati kedinginan. Hehe” Ia nyengir kuda namun hatiku terasa sangat sejuk melihat senyumannya. Aku pun beranjak menuju dapur untuk membuatkan secangkir  teh hangat seperti permintaan suamiku.

“Bagaimana kondisi Taemin?” Aku bisa mendengar suara suamiku dari ruang tamu.

“Aku benar-benar tak tega setiap kali mendengar ia teriak kesakitan. Hatiku pun jadi pilu. Aku benar-benar bingung harus mencari donor ginjal kemana lagi. Aku sungguh kuatir pada Taemin. Ia tidak bisa menunggu terlalu lama lagi. Eotteokhe?” Aku keluar dari dapur sambil membawa secangkir teh.

“Aku punya kenalan dokter spesialis penyakit dalam.  Aku bisa menyuruhnya untuk datang kesini memeriksa kondisi Taemin lagi dan siapa tau dia bisa memberikan rekomendasi calon pendonor untuk Taemin walau untuk satu ini aku belom bisa menjaminnya”

“Bisa dicoba. Baiklah. Kau buatkan janji nya ya. Siapa nama dokternya?”

“Kim Jonghyun. Ia adalah teman lamaku. Tapi Jonghyun melanjutkan studi ke luar negeri jadi aku sempat kehilangan kontak dengannya. Namun baru-baru ini ia menelponku dan berkata bahwa ia sedang ada di Seoul dan ia mengajakku ketemuan. Mungkin ia bisa membantu kita”

“Ahhh Yeobo, saranghae” Aku mencium pipi suamiku. Aku sungguh-sungguh mencintainya.

“Ahhh kau ini kenapa? Taemin kan adik iparku jadi sudah sewajarnya aku juga melakukan berbagai macam cara untuk menyembuhkannya. Aku sudah ngantuk sekali. Ayo kita tidur. Kau juga pasti capek seharian mengurus Taemin” Suamiku meneguk teh panas yang tadi kubikin lalu ia menuntunku masuk ke dalam kamar.

24 Desember 2011

“Kibum.. Bangun.. Sudah pagi.. Kau bilang kau masih banyak kerjaan di kantor kan?” Ku guncangkan tubuh suamiku tapi kuguncangkannya pelan-pelan. Perlahan suamiku mulai membuka matanya.

“Ahhh neee.. Aku kesiangan bangun lagi..”

“Sudah kusiapkan air hangatnya. Kau mandilah. Aku mau menemui Taemin dulu. Eomma pagi-pagi begini juga sudah pergi ke pasar. Oh iya yeobo, jangan lupa hubungi dokter Jonghyun ya” Suamiku hanya mengangguk kemudian ia masuk ke kamar mandi. Sedangkan aku, langsung berlari kecil menyusuri tangga dan membuka pintu kamar Taemin. Aku sangat terkejut ketika mendapati Taemin tidak ada di kasurnya. Ia menanggalkan seluruh pakaian hangatnya. Apakah ia sedang di kamar mandi? Pikirku. Namun kulihat pintu kamar mandinya terbuka sedkikit dan ketika kuintip, Taemin tidak ada di kamar mandi. Pikiranku pun langsung kacau.. Kemana Taemin?? Kemana??

“TAEMIN!!!!” Aku berteriak-teriak di dalam rumah lalu aku pun menuruni tangga dengan tergesa-gesa dan aku keluar dari luar rumah. Apakah Taemin nekad keluar rumah? Pikirku. Aku celingak celinguk mencari sosok Taemin di halaman yang sudah tertimbun salju.

“TAEMIN!!!!” Aku kembali berteriak berharap Taemin mendengarku. Lalu pandanganku tertuju pada satu sosok pria dengan rambut merah kecoklatan dan mungkin bertambah satu warna lagi yaitu putih karena ada beberapa butiran salju di atas kepalanya. Ia sedang berjongkok sambil menegadahkan tangannya dan membiarkan butiran-butiran salju turun ke dalam genggamannya.

“Taemin??” Pikirku. Aku pun buru-buru menghampiri sosok pria tersebut. Kali ini aku sudah benar-benar berdiri di belakangnya.

“Taemin??” Panggilku lagi. Aku pun ikut berjongkok dan membalikkan badannya. Alangkah terkejutnya aku karena melihat hidung adikku sudah kembali mengeluarkan darah dan kulihat mata Taemin sudah sembab. Taemin menangis.

“Taemin!! Kau ini sedang apa??? Kau kan gak boleh terkena salju!!” Aku mengguncangkan-guncangkan tubuh adikku dan tanpa sadar aku telah membentaknya. Diluar dugaan, Taemin malah memelukku. Aku melihat tetes darah dari hidung Taemin mengenai bajuku.

“Noona, aku tak kuat lagi.. Sakit… Sungguh amat sakit…” Taemin berbicara sambil terisak. Aku benar-benar merasa iba dengannya. Aku peluk dirinya dan ku elus-elus rambutnya.

“Bersabarlah sedikit lagi ya Taem. Noona sedang berusaha. Kamu pasti bisa sembuh” Ku elus-elus punggung Taemin. Kudengar Taemin terisak semakin keras.

“Hyemi!!!” Kudengar suara suamiku berteriak memanggil  namaku. Lalu Kibum keluar dari dalam rumah dan ia terkejut mendapati diriku yang sedang memeluk Taemin.

“Taemin???” Ia buru-buru menghampiriku dan Taemin.

“Hei!! Ada apa ini??” Tanya suamiku panik.

“Yeobo, cepat telpon dokter Jonghyun. Kita benar-benar butuh bantuannya” Aku baru sadar Taemin tak bergerak. Tangannya sudah tidak dalam posisi memelukku lagi.

“Taemin?? Hei Taemin??” Taemin pingsan.. Aku benar-benar panik saat ini. Kulihat suamiku sedang sibuk dengan telponnya. Mungkin ia sedang menghubungi dokter Jonghyun.

“Kibum!! Bantu aku dulu!! Taemin pingsan. Bantu aku membawanya ke kamar!” Aku setengah berteriak. Tak berapa lama, suamiku menutup telponnya dan ia berlari kearahku kemudian ia memapah Taemin masuk ke dalam rumah.

“Setengah jam lagi dokter Jonghyun akan datang”

Pikiranku sudah benar-benar kalut. Kurebahkan tubuh Taemin di kasur. Ku tutupi tubuhnya dengan selimut yang berlapis-lapis lalu aku mulai membersihkan sisa-sisa darah dari hidung Taemin dan sedikit mengenai bajunya. Tanpa kusadari air mataku menetes. Suamiku mengelus-elus rambutku lembut.

“Percayalah, ia akan sembuh” ucap suamiku berusaha menenangkan.

“Aku sungguh kuatir padanya. Aku tak ingin kehilangannya. Aku benar-benar menyayanginya. Apa yang harus kulakukan? Sementara Taemin tak mengizinkanku mendonorkan ginjalku. Kalau sampai ia tahu bahwa akulah yang mendonorkan ginjal untuknya, ia pasti akan membenciku seumur hidup. Aku gak mau. Aku bingung” Aku kembali terisak. Suamiku mendekapku ke dalam pelukannya lembut.

“Kau jangan berpikir terlalu jauh ya. Tetaplah berpikir postif. Taemin akan sembuh” ucap suamiku tegas tapi memiliki begitu banyak arti.

Tak berapa lama kemudian, aku mendengar suara mobil berhenti di depan rumah.

“Ah pasti dokter Jonghyun!” Suamiku beranjak meninggalkan kamar dan berlari-lari kecil menuju pintu.

Aku mendengar derap kaki semakin dekat menuju kamar. Pintu kamarpun terbuka. Aku melihat suamiku bersama dengan pria yang mengenakan kacamata dan jas putih. Tampan ._. Tapi segera kubuang pikiran itu. Aku sadarkan diriku bahwa aku telah menikah. Lalu di samping pria tersebut aku melihat sesosok wanita mengenakan rok dan membawa tas hitam yang berisi perlengkapan-perlengkapan yang dibutuhkan. Oh mungkin ia assisten dokter.

“Annyeonghaseyo” ucap dokter itu ramah sambil membungkukan badannya.

“Annyeonghaseyo” Aku bangkit berdiri dan membungkukan badan juga.

“Ehm, nampaknya aku harus meninggalkan kalian. Aku sudah telat ke kantor. Pekerjaanku semakin menumpuk” ucap suamiku.

“Ah iya Yeobo. Tak apa.. Aku akan melaporkan perkembangan terbaru Taemin” Aku menghampiri suami dan kurapihkan sedikit dasinya yang kusut karena harus memapah Taemin tadi.

“Neee.. Kalau ada apa-apa, jangan segan menghubungiku. Sesibuk-sibuknya aku, aku pasti akan mengangkat telpon darimu” Aku hanya bisa mengangguk dan kubiarkan suami ku mengecup keningku lembut.

“Aku tinggal kalian ya” ucap suamiku pada dokter Jonghyun. Dokter hanya mengangguk dan tersenyum kecil. Lalu suamiku pun beranjak pergi meninggalkan kamar Taemin.

“Nah, nyonya. Bisa kau jelaskan sekarang padaku apa yang terjadi pada pasien?” Tanya dokter Jonghyun ramah. Aku menarik napas panjang sebelum akhirnya kuceritakan soal penyakit Taemin ini. Dokter Jonghyun beserta assistennya menyimak baik-baik ceritaku.

“Begitulah ceritanya, dok” Aku mengakhiri ceritaku soal penyakit Taemin.

“Hmm.. Untuk mengenai masalah donor ginjal, aku tidak bisa mencarinya dalam waktu singkat. Sebab di rumah sakitku juga sedang keabisan donor organ-organ internal seperti itu. Tapi biar kuperiksa dulu kondisi Taemin” Dokter Jonghyun mulai membuka baju Taemin dan memeriksa detak jantungnya.

“Jantungnya sangat lemah. Seberapa sering dia meringis kesakitan dalam satu hari?”

“Bisa 4 sampai 5 kali”

“Kronis” Dokter Jonghyun menarik napas. “Berikan aku waktu 1 minggu untuk mencari donor ginjal itu. Aku harus mencari ginjal yang cocok dan benar-benar sehat. Kalau bisa, Taemin dibawa ke rumah sakit dulu, aku harus memeriksanya di lab untuk soal kecocokan pencangkokan ginjal ini”

 “Dalam kondisi seperti ini, Taemin tidak bisa dibawa kerumah sakit dulu, dok”

“Baiklah. Kalau begitu, untuk saat ini aku berikan dia suntikan penghilang rasa sakit dulu ya?”

“Disuntik?” Taemin kan paling takut jarum suntik.

“Ne.. Wae? Adikmu ini takut disuntik? Tapi ia sedang dalam posisi tak sadarkan diri. Obat ini berfungsi untuk menghilangkan sebagian rasa sakitnya begitu ia siuman dan ada sedikit obat bius juga tapi tidak berbahaya untuk kesehatan jantung dan ginjalnya.”

Aku melihat dokter Jonghyun mulai menyuntik Taemin dan entah kenapa malah hatiku yang terasa ngilu.

“Sudah selesai. Sekarang tinggal tugasku untuk mencari pendonor untuk Taemin. Aku akan beri kabar 1 minggu lagi. Oh iya, ini aku berikan obat sama seperti yang aku suntikan ke Taemin. Untuk menghilangkan rasa sakitnya. Diminum 2x sehari dan harus rutin.”

 “Kamsahamnida” Aku menerima obat itu sambil membungkukkan badan.

“Ne, cheonmaneyo. Aku rasa aku harus pergi sekarang.. Aku juga tidak ingin menganggu istirahat adikmu” Aku antarkan dokter Jonghyun beserta assistennya menuju ke mobilnya.

“Terima kasih dok sudah menyempatkan diri datang untuk memeriksa Taemin dan sudah mau membantu untuk mencarikan pendonor untuk Taemin” Aku membungkukan badan.

“Ahh gwaenchana. Aku sudah berteman dekat dengan Kibum jadi sudah seharusnya aku membantu Kibum” Aku tersenyum mendengar penuturan dokter Jonghyun.

“Kalau terjadi sesuatu dengan Taemin lagi jangan sungkan-sungkan hubungi aku ya”

“Ne…” Aku mengangguk pelan. Dokter Jonghyun beserta assistennya masuk ke dalam mobil dan mereka pun sudah pergi.  Aku juga langsung menuju kamar Taemin untuk melihat kondisinya. Aku langsung mengambil posisi duduk disamping kasur Taemin dan memegang tangannya yang halus dan dingin. Ia Nampak tertidur lelap dan persis seperti bayi. Perlahan kupegang wajah Taemin dan mengelus-elusnya lembut lalu kucium kening Taemin.

“Taemin, kau harus sembuh. Kamu harus terus bersama noona dan kamu harus menjadi Taemin yang periang lagi” ucapku sambil mengelus rambut Taemin . Tak berapa lama, aku dapat merasakan bahwa tangan Taemin bergerak.

“Taemin, kau sudah sadar?” ucapku setengah berbisik. Taemin-pun mulai membuka matanya perlahan.

“Noona….” Bisiknya.

“Iya noona disini dan akan terus disini menemani kamu”

“Aku mau minta tolong…”

“Minta tolong apa? Minta tolongnya nanti aja ya. Kamu belum boleh banyak pikiran juga. Kamu harus istirahat total dan focus untuk kesembuhan kamu.”

“Aku butuhnya sekarang”

“Yasudah katakan pada noona, kamu ingin apa?”

“Noona, tolong buka laci itu dan ambilkan aku kotak kecil berwarna coklat” Jari Taemin menunjuk kearah laci meja belajarnya disudut kamar.

“Sebentar ya” Aku beranjak menuju tempat yang dimaksudkan. Kubuka laci itu perlahan dan kudapati sebuah kotak yang diinginkan Taemin.

“Inikah kotak yang kau maksudkan?”

“Iya. Noona buka ya isinya” Aku pun menurut. Kubuka kotak itu perlahan dan kulihat isi didalamnya berupa sebuah cincin dan kalung.

“Ini untuk siapa Taem? Ada suratnya juga?” Aku memandang penuh tanda tanya.

“Suratnya jangan dibaca! Aku ingin noona memberikan ini untuk pacarku.”

“Pacar?” Demi apapun, aku merasa sudah gagal menjadi noona bagi Taemin. Dia punya pacarpun, aku tidak mengetahuinya.

“Iya.. Maaf aku tidak pernah cerita pada noona” Taemin tersenyum malu-malu. Sungguh manis.

“Kapan harus aku berikan untuk pacarmu itu?”

“Sekarang.”

“Heh? Sekarang?? Taem, jangan sekaranglah. Kita tunggu Jinki pulang dulu ya. Noona takut kalau noona kesana sekarang, gak ada yang jagain kamu”

“Noona jangan mengkhawatirkanku. Aku baik-baik saja. Aku ingin istirahat. Tolong berikan ini untuk Sulli.

“Nama gadis itu Sulli kah?”

“Ne…. Dia tinggal gak jauh dari sini kok. Di ujung jalan gang ini ada sebuah kedai ramen kan. Noona belok kanan lewati kedai itu terus sampai di ujung gang, rumah Sulli persis diujung gang itu sebelah kanan. Cat rumahnya berwarna putih.”

“Ahhh algetsseumnida. Tapi Taemin, kau sungguh gak papa kalau noona tinggalkan kamu sendirian?”

“Aku gakpapa. Noona berikanlah kotak itu pada Sulli ya” Taemin kembali tersenyum dan aku tak mungkin menolaknya walaupun hatiku berat meninggalkan Taemin di rumah sendirian dalam kondisi seperti ini.

“Baiklah. Noona jalan sekarang ya. Jaga dirimu. Kalau ada apa-apa, langsung hubungi noona” Taemin hanya menganggukkan kepalanya.  Aku mengambil jaket yang tergantung di belakang pintu kamar Taemin lalu kukenakan syal dan sarung tangan. Sebelum pergi, aku kembali mengecup kening Taemin.

Aku menyelusuri jalan yang sudah sepi dan kakiku semakin berat karena harus berjalan di atas salju. Tapi aku akan melakukan apapun demi Taemin. Setelah sekitar 15 menit aku berjalan, akhirnya aku menemukan rumah yang dimaksudkan Taemin. Aku celingak-celinguk. Rumah ini besar namun nampaknya sepi. Aku pencet bell berulang-ulang namun masih belom ada jawaban. Hingga akhirnya muncul seorang pria yang cukup tampan, tinggi dan bertubuh atletis seperti pemain bola.

“Ehmm maaf apa benar ini rumah Sulli?”

“Sulli? Iya benar. Kamu siapa ya?”

“Hmmm,,, aku disuruh adikku untuk memberikan kotak ini untuk Sulli.” Aku menyodorkan kotak coklat yang sedari tadi kumasukkan kedalam kantong jaket.

“Masuklah dulu” Pria itu membukakan pagar rumahnya.

“Ahh tidak usah repot-repot. Aku titipkan benda ini padamu saja ya. Tolong berikan ini pada Sulli. Ah iya, ngomong-ngomong, kamu siapanya Sulli? Kakaknya atau….??”

“Aku Minho, kakak Sulli”

“Ohh Minho. Iya aku titipkan benda ini untuk Sulli saja”

“Tapi Sullinya…” Ia tak meneruskan berbicara. Minho hanya menunduk lesu.

“Kenapa? Sullinya sedang gak ada di rumah ya?”

“Bukan. Sulli sudah meninggal setengah tahun yang lalu.”

“HAH???” Aku mangap selama beberapa detik. Omo~ Apa Taemin gak tahu bahwa Sulli sudah meninggal.

“Kau noona nya Taemin ya?”

“Ahhh neee~ Tapi Taemin menyuruhku menyerahkan ini untuk Sulli. Apa Taemin gak tahu bahwa Sulli sudah meninggal?”

“Aku tak berpikir seperti itu.. Sebab ketika itu Taemin hadir ke pemakaman Sulli”

“HAH??” Aku makin gak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Minho malah menyunggingkan seulas senyum.

“Kotak ini tinggalkan saja disini. Aku hari ini mau ke pemakaman Sulli. Kau temuilah Taemin. Mungkin ini pertanda” Minho mengambil kotak coklat itu dari tanganku.

“Pertanda? Pertanda apa?” Aku masih kebingungan.

“Sudah kau lari dan temui Taemin sebelum semuanya terlambat”

Aku mulai mengerti kemana arah pembicaraan ini. Aku langsung berbalik dan berlari sekencang-kencangnya. Dengan napas yang sudah ngos-ngosan, aku mendobrak pintu kamar Taemin dan kulihat Taemin sedang tertidur sama seperti tadi.

“Ahhh, dia sedang tertidur rupanya” Aku hendak menutup pintu kamarnya lagi tapi pandanganku tertuju pada secarik surat yang ditinggalkan di meja kecil dekat pintu. Perlahan, kubuka surat itu. Tulisannya sudah berantakan tapi aku masih bisa membacanya.

“Noona, terima kasih sudah membantuku menyerahkan benda itu pada Sulli meski Sulli sudah tidak ada tapi benda itu adalah hutangku pada Sulli sebelum ia meninggal tapi aku percaya bahwa benda itu pasti akan sampai ke Sulli dan aku juga gak mau melihat noona sedih. Sebaiknya noona tidak usah melihatku pergi untuk menyusul Sulli. Noona, maafkan aku harus meninggalkanmu dengan cara seperti ini. Aku merasa gak sanggup menahan semua rasa sakit ini dan aku juga gak sanggup untuk meninggalkanmu. Sampaikan permintaan maafku untuk eomma dan Kibum hyung juga. Noona, jeongmal jeongmal saranghae. Makasih udah terus berada di sampingku dan menemani aku terus. Aku berjanji akan terus tersenyum dan bahagia bersama dengan Sulli. Noona, noona, noona… Jangan kangen dengan suaraku ya yang terus memanggilmu. Kamsahamnida… Saranghae.. Bogoshipo.. J

Air mataku langsung mengalir deras. Aku langsung berlari ke kasur Taemin dan mengguncang-gungcangkan tubuh Taemin.

“TAEMIN!!! KAMU PASTI SEDANG BERCANDA KAN!!! KENAPA KAMU NINGGALIN NOONA DENGAN CARA SEPERTI INI!! BUKA MATA KAMU, TAEM!!!!” Aku mengguncang-guncangkan tubuh Taemin namun tak ada gunanya.

“Kenapa Taemin harus pergi mendahuluiku, Tuhan!! Kenapa bukan aku yang dipanggil terlebih dahulu. Seandaikan diberikan waktu seminggu lagi dan seandaikan kamu mengizinkan noona mendonorkan ginjal ini. Lebih baik noona kehilangan 1 ginjal daripada noona harus kehilangan kamu untuk selamanya. Adik yang paling noona cintai” Aku memeluk tubuh Taemin erat. “Noona sayang ama Taemin” Aku mencium pipi Taemin dan air mataku masih terus bergulir.

                                         ***

 

Seorang pria berjongkok di depan sebuah batu nisan sambil mengelus-elus batu nisan itu.

“Oppa, punya sesuatu untuk kamu” Pria tersebut mengeluarkan sebuah kotak coklat kecil dari saku celananya dan meletakannya bersama seikat bunga diatas tanah.

“Kamu harus berbahagia disana ya. Oppa sudah mengantarkan pesanan ini. Barang terakhir untukmu yang paling berharga”

 

                                        THE END

12월 27, 2011 - Posted by | Fan Fiction, SHINee | , , , , , , ,

댓글 한 개 »

  1. After reading your blog post I browsed your website a bit and noticed you aren’t ranking nearly as well in Google as you could be. I possess a handful of blogs myself and I think you should take a look here: http://seopressors.org/ You’ll find it’s a very nice tool that can bring you a lot more visitors. Keep up the quality posts

    댓글 by Kendall Maria | 1월 3, 2012 | 답글


Kendall Maria님에게 덧글 달기 응답 취소